Jumat, 19 Agustus 2016

Hujan Pertama
Hari ini hujan turun sangat deras, tapi sayangnya langkahku tak beriringan lagi dengan langkahnya. Kini hanya suara derap kakiku yang berjalan menyusuri koridor, tatapanku lurus menerawang ke depan barangkali ada satu bayangan yang membuatku bahagia tiba-tiba muncul dan tersenyum kepadaku.
Ini sudah pukul 5 petang tapi aku masih berjalan dikoridor sekolahku, rasanya memang hanya tinggal diriku yang ada disana. Aku merasa lebih bahagia karena kini aku bisa memikirkan sosoknya tanpa perlu terganggu oleh siapapun, kadang aku berjalan  sembari bersemangat dan tersenyum kadang juga aku memperlambat langkahku karena teringat hal yang sudah membuatku kecewa kemarin.
“Tunggu aku! Dasar kamu nyebelin” aku benar-benar sebal padanya, dia tak pernah menghiraukan semua ocehan-ocehanku dia benar-benar menyebalkan “haha jalannya cepet dong!” tak hentinya dia mengejekku. “Tapi kan ini hujan loh, baju aku basah kuyup. Kenapa ga kita neduh dulu gitu?” aku menghentikan langkahku ditengah jalanan yang sepi, aku benar-benar basah dan ini membuatku begitu muak dengan sosok jangkung yang berdiri 200 meter dari pijakanku. “Awas ya kamu! Besok aku tonjok” ancamanku membuat langkahnya tiba-tiba berhenti dan kepalanya menoleh. “Dasar cengeng! Ayo neduh!” kurasa kini telinganya baru berfungsi dan otaknya baru berjalan.  Akhirnya kita singgah di satu halte yang sepi.
                 Tatapannya terus menerka ke arah mataku, kali ini aku justru merasa bingung dan rasa penasaranku akhirnya pecah “kenapa sih lihat-lihat gitu?” wajahnya tiba-tiba merona, sepertinya dia memang kaget bukan main, belum pernah aku melihatnya secanggung itu apalagi saat dia benar-benar sedang merasa puas ketika mengejekku “ng.. ngga apa-apa ko hih geer banget sih!” kini tatapannya lurus kearah jalan yang lengang. Kini kita berdua sama-sama sibuk dengan lamunan, kita tetap terdiam sekitar 40menitan dan berakhir ketika mobil truk besar melintas dan membuat air dijalan mengguyur tubuh kami. “basaaaaaaaaaaah” rengekku karena ini kesekian kalinya aku merasa sial saat bersama dengannya dan kali ini aku merasa benar-benar membencinya.
                Ada satu nama yang kini selalu menghantui pikiran hingga hatiku, rupanya memang biasa saja tapi bukan itu yang membuatku selalu teringat padanya. Ada secercah cahaya yang kusuka dari matanya dia selalu menampakan binarnya ketika bersamaku entah sengaja atau bahkan dia pun tidak sadar bahwa ada binar di matanya.
                Langkahku tidak juga mencapai lantai rumahku, arghh ini melelahkan aku berjalan sendiri ditrotoar basah dan dibawah lembayung senja. Aku memang lebih suka jalan kaki saat pulang, tepatnya karena aku tidak lihai mengendarai sepeda motor. Ohiya perkenalkan nama asliku Arie, ini memang nama yang benar-benar aneh untuk seorang anak perempuan tapi ada gelar menakutkan yang sedang aku sandang akhir-akhir ini “FOX” menakutkan tapi kereeeeeeeeeen :v alhasil namaku berubah jadi “fokie” agak geli juga dengernya sih. Aku adalah anak umur 16 tahun yang ngebet banget pengen dapet KTP supaya bisa pamer ke orang lain, tapi aku benar-benar orang paling cuek sedunia menurut teman sekelasku
                Akhirnya ambang pintu mulai menyambutku tepat pukul 6 petang, ibuku terlihat sangat senang dengan kedatanganku. Ia segera memelukku dengan erat, menurutku dia agak lebay dan aku tidak suka diperlakukan seperti anak kecil. Aku terkesan anak paling individualis di keluarga, aku lebih suka mengurung di kamar daripada harus mendengar lelucon-lelucon yang bersumber dari ruang keluarga.
                Ada salah seorang kawanku yang menurutku kurang menarik, ia sering sekali menasihatiku, ia memang anak paling pintar tapi sekali saja dia tidak mencampuri urusanku maka aku akan lebih bahagia. Hari ini dia terus melihat kearahku saat jam istirahat aku menyangka bahwa dia memang sangat ingin mengobrol lama denganku bahkan mungkin makan nasi goreng dan teh manis bersamaku tapi bila benar itu nyatanya aku tidak ingin  dan aku benar-benar tidak tertarik. Aku beranjak menjauh dari jangkauan penglihatannya aku merasa agak risi terus diperhatikan seperti itu dan itu tidak sopan.