Hujan Pertama
Hari ini hujan turun sangat
deras, tapi sayangnya langkahku tak beriringan lagi dengan langkahnya. Kini
hanya suara derap kakiku yang berjalan menyusuri koridor, tatapanku lurus
menerawang ke depan barangkali ada satu bayangan yang membuatku bahagia tiba-tiba
muncul dan tersenyum kepadaku.
Ini sudah pukul 5 petang tapi aku
masih berjalan dikoridor sekolahku, rasanya memang hanya tinggal diriku yang
ada disana. Aku merasa lebih bahagia karena kini aku bisa memikirkan sosoknya
tanpa perlu terganggu oleh siapapun, kadang aku berjalan sembari bersemangat dan tersenyum kadang juga
aku memperlambat langkahku karena teringat hal yang sudah membuatku kecewa
kemarin.
“Tunggu aku! Dasar kamu nyebelin”
aku benar-benar sebal padanya, dia tak pernah menghiraukan semua
ocehan-ocehanku dia benar-benar menyebalkan “haha jalannya cepet dong!” tak
hentinya dia mengejekku. “Tapi kan ini hujan loh, baju aku basah kuyup. Kenapa
ga kita neduh dulu gitu?” aku menghentikan langkahku ditengah jalanan yang
sepi, aku benar-benar basah dan ini membuatku begitu muak dengan sosok jangkung
yang berdiri 200 meter dari pijakanku. “Awas ya kamu! Besok aku tonjok”
ancamanku membuat langkahnya tiba-tiba berhenti dan kepalanya menoleh. “Dasar
cengeng! Ayo neduh!” kurasa kini telinganya baru berfungsi dan otaknya baru
berjalan. Akhirnya kita singgah di satu
halte yang sepi.
Tatapannya terus menerka ke arah mataku, kali
ini aku justru merasa bingung dan rasa penasaranku akhirnya pecah “kenapa sih
lihat-lihat gitu?” wajahnya tiba-tiba merona, sepertinya dia memang kaget bukan
main, belum pernah aku melihatnya secanggung itu apalagi saat dia benar-benar
sedang merasa puas ketika mengejekku “ng.. ngga apa-apa ko hih geer banget
sih!” kini tatapannya lurus kearah jalan yang lengang. Kini kita berdua
sama-sama sibuk dengan lamunan, kita tetap terdiam sekitar 40menitan dan
berakhir ketika mobil truk besar melintas dan membuat air dijalan mengguyur
tubuh kami. “basaaaaaaaaaaah” rengekku karena ini kesekian kalinya aku merasa
sial saat bersama dengannya dan kali ini aku merasa benar-benar membencinya.
Ada
satu nama yang kini selalu menghantui pikiran hingga hatiku, rupanya memang
biasa saja tapi bukan itu yang membuatku selalu teringat padanya. Ada secercah
cahaya yang kusuka dari matanya dia selalu menampakan binarnya ketika bersamaku
entah sengaja atau bahkan dia pun tidak sadar bahwa ada binar di matanya.
Langkahku
tidak juga mencapai lantai rumahku, arghh ini melelahkan aku berjalan sendiri ditrotoar
basah dan dibawah lembayung senja. Aku memang lebih suka jalan kaki saat
pulang, tepatnya karena aku tidak lihai mengendarai sepeda motor. Ohiya
perkenalkan nama asliku Arie, ini memang nama yang benar-benar aneh untuk
seorang anak perempuan tapi ada gelar menakutkan yang sedang aku sandang
akhir-akhir ini “FOX” menakutkan tapi kereeeeeeeeeen :v alhasil namaku berubah
jadi “fokie” agak geli juga dengernya sih. Aku adalah anak umur 16 tahun yang
ngebet banget pengen dapet KTP supaya bisa pamer ke orang lain, tapi aku
benar-benar orang paling cuek sedunia menurut teman sekelasku
Akhirnya
ambang pintu mulai menyambutku tepat pukul 6 petang, ibuku terlihat sangat senang
dengan kedatanganku. Ia segera memelukku dengan erat, menurutku dia agak lebay
dan aku tidak suka diperlakukan seperti anak kecil. Aku terkesan anak paling
individualis di keluarga, aku lebih suka mengurung di kamar daripada harus
mendengar lelucon-lelucon yang bersumber dari ruang keluarga.
Ada
salah seorang kawanku yang menurutku kurang menarik, ia sering sekali
menasihatiku, ia memang anak paling pintar tapi sekali saja dia tidak
mencampuri urusanku maka aku akan lebih bahagia. Hari ini dia terus melihat
kearahku saat jam istirahat aku menyangka bahwa dia memang sangat ingin
mengobrol lama denganku bahkan mungkin makan nasi goreng dan teh manis
bersamaku tapi bila benar itu nyatanya aku tidak ingin dan aku benar-benar tidak tertarik. Aku
beranjak menjauh dari jangkauan penglihatannya aku merasa agak risi terus
diperhatikan seperti itu dan itu tidak sopan.